ANALISIS – aktor adalah terobosan baru bagi studi antropologi yang konsen pada kajian sustainability living dalam konteks mewujudkan perspektif pembangunan baru yang berorientasi pada “tujuan pembangunan berkelanjutan.”
Dalam analisis aktor, penelitian fokus pada human capacity development. Maka, pertama-tama, kajian diarahkan pada problem analysis, atau masalah apa saja yang dialami warga. Kedua, fokus pada need assessment atau kebutuhan apa saja yang diperlukan untuk meningkatkan kapasitas mereka. Terakhir, fokus pada actor analysis untuk mengidentikasi siapa berperan apa, siapa agensinya, dan siapa stakeholdernya.
Hal itu disampaikan Bouke Ottow, dalam kuliah umum Actor Analysis untuk Sustainable Development di Prodi Antropologi FIB Undip Kamis (28/3) lalu.
Ia menambahkan studi mengenai aktor sebenarnya bukan hal yang baru. Pada 1990an, Berkowitz dalam buku berjudul Social Structure (Network) Analysis sudah mengenalkannya dengan sejumlah varian peran dan level of influencenya para aktor. Hanya saja efek dari studi belum terasa luarannya mengingat di tahun tahun itu konsep pembangunan yang inklusif dan berperspektif suistainability belum dikenal meluas.
Dr Adi Prasetijo menambahkan, mau tidak mau dengan hadirnya perspektif pembangunan yang baru yang peduli pada universalisme, ramah pada HAM, inklusif, melibatkan peran multipihak dan multi funding. Maka antropologi perlu mulai ramah pada pelaksanan perspektif pembangunan yang baru ini. Konsep kebudayaan pun harus bergeser pada orientasi manusia sebagai aktor (agen), dan bukan saja manusia sebagai objek kebudayaan. Begitu pun dengan jenis etnografi dan pendekatannya. Harus bergeser pada metode yang tidak memposisikan manusia (native) sebagai penafsir dan pelaksana suatu kebudayaan; tetapi bagaimana manusia sebagai aktor yang memproduksi kebudayaan.
Berdasarkan pengalaman di lapangan, Prof. Dr. Nurdien H Kistanto banyak menyampaikan kisahnya sebagai etnografer bagaimana native melakukan perubahan, membentuk dan mereproduksi kebudayaan untuk pemenuhan kebutuhan mereka sehari-sehari.