BULAN  — Maret terasa spesial bagi Prodi Antropologi FIB Undip. Bagaimana tidak, 4 kegiatan besar dan 1 kegiatan yang tak kalah pentingnya harus dilaksanakan dalam Maret ini. Kegiatan yang bagi prodi sangat menentukan masa depan. Di saat seperti inilah terasa benar arti penting kerjasama antara dosen, tenaga kependidikan, mahasiswa dan (keberadaan) stake holder.

Dimulai dari Visitasi Akreditasi BAN PT 10-12 Maret 2019. Hadir sebagai asesor Prof. Dr. Erwin, Guru Besar Antropologi FISIP Universitas Andalas Padang; dan Prof. Dr. Hamka Naping, Guru Besar Antropologi FISIP Universitas Hassanudin Ujung Pandang. Dalam komentar evaluasi yang disampaikan menjelang penandatanganan berita acara, asessor  mengatakan “Program Studi Antropologi Undip telah berjalan sesuai relnya. Jika pun ada kekurangan adalah karena prodi ini masih relatif baru dan belum memiliki lulusan. Kami yakin, jika tetap dipertahankan kinerjanya seperti yang kami rekam maka prodi ini akan menghasilkan kualitas lulusan yg bisa diandalkan”.

Kaprodi Antropologi FIB Undip, Dr Amirudin, menyatakan, penyelenggaraan visitasi berjalan lancar dan penuh keakraban. Terasa sekali proses akreditasi sebagai momentum penyatuan potensi dan suasana kebatinan mahasiswa, tendik, dosen, pimpinan prodi, pimpinan departemen, pimpinan fakultas, dan pimpinan universitas.

Harus diakui, proses akreditasi sangat bermanfaat untuk melihat dan menata administrasi akademik serta aspek lainnya secara baik, layak, dan transparan. Di tengah rasa was-was menunggu hasil, setidaknya komentar yang disampaikan oleh asessor menjadi cicilan nilai yg berarti.

19 Maret 2019 ketahanan fisik dan mental kembali diuji. Secara mendadak Unusia Jakarta mengajak kerja sama penyelenggaraan diskusi publik “Moderatisme dalam Tantangan”. Tak bisa ditawar lagi karena kerja sama Unusia dengan perguruan tinggi di kota lain telah terjadwal. Diskusi tersebut diselenggarakan sebagai bagian dari ekspose hasil penelitian radikalisme di 8 perguruan tinggi yang berada di Jateng-DIY. Banyak temuan yang secara antropologis menarik didiskusikan. Setidaknya dalam melihat fenomena itu dalam konteks kecintaan kita pada Indonesia dan persaudaraan. Karena itu, menjadi menarik dilihat dari kaca mata moderatisme sehingga tidak terkesan menghakimi pihak-pihak lain.

Perpekstif Prof. Dr. Mudjahirin Thohir (Guru Besar Antropologi FIB Undip),  Dr Moh. Yasir Alimi (Antropolog Unnes) dan Dr. Amirudin serta, tentu saja, Nurul Huda, M.Si. (Ketua LPPM Unusia Jakarta) mampu membuka perspektif audiens dalam melihat temuan tersebut. Dari sinilah, sedikit banyak, Prodi Antropologi turut memberikan sumbangsih pemikiran terhadap fenomena itu untuk dapat disikapi secara bijak.

22 Maret 2019 Asesor AIMA Undip melakukan penilaian internal kinerja Prodi Antropologi. Nyaris seperti yang dilakukan saat akreditasi BAN PT. Meski segala berkas-berkas penilaian relatif telah tersedia, namun tak menyurutkan kami bersama mahasiswa untuk mencoba melengkapi masukan-masukan dari hasil visitasi akreditasi BAN PT kemarin agar semakin lebih baik.

Dari berita acara yang kami terima nilai yang diberikan cukup membanggakan, meski tidak maksimal. Maklum saja karena, lagi-lagi prodi baru dan belum meluluskan. Harus diterima dengan penuh kebanggaan.

Tuntutan WCU untuk menyelenggarakan kegiatan internasional, dengan narasumber dari luar, menjadikan kami kembali tak bisa fokus pada  perkuliahan. 28 Maret 2019 kembali Prodi Antropologi kedatangan tamu antropolog dr Belanda,  Bouke Ottow. Tak mau menyia-nyiakan kepakarannya, maka kami gelar Studium General. Bersama Prof Nurdien H Kistanto MA, PhD dan Dr Adi Prasetijo, Bouke Ottow kami minta membedah “Actor Analysis untuk Pembangunan Berkelanjutan”. Di hadapan mahasiswa, topik ini menarik untuk memberikan wawasan ilmu dan mengukuhkan peran yang bisa dijalankan antropologi dalam pembangunan. Pendekatan kebudayaan yang tidak boleh ditinggalkan dalam pembangunan.

Tentu bukan kami bermaksud berpuas diri dengan rentetan kegiatan di “Maret yang Padet” itu. Karena kami sadar, tidak akan berjalan mulus jika bukan berkat peran mahasiswa yang dengan suka rela membantu setiap kegiatan kami. Entahlah, apa yang dimaksudkan mahasiswa-mahasiswa dengan penyebutan “The A Team”. Mungkin dimaksudkan sebagai Tim A-ntropologi karena mereka adalah mahasiswa kami di Prodi Antropologi, atau Tim A sebagai bentuk cita-cita mereka terhadap capaian akreditasi nilai A bagi prodinya, ataukah semangat segerombolan jagoan layaknya serial “The A Team” yang mampu menyelesaikan segala masalah dengan penuh kesadaran dan kekompakan.

Bagi kami, maksud dari penyebutan itu layak semua disandangkan kepada mereka karena begitulah adanya: kesadaran, semangat, dan kekompakannya. Maka, di antara rasa puas yang kami rasakan tetaplah kami harus menyadari keberadaan itu. Apalagi apresiasi terhadap kegiatan yang berkesinambungan juga terlontar dari Dekan kami pada saat memberikan sambutan pada Stadium General, “Antropologi seperti tak ada lelahnya berkegiatan. Terasa melejit dengan aktivitas yang terus dilakukan. FIB ikut terbantu dan semoga semangatnya menjalar kepada prodi-prodi yang lain”. Maka tak lupa kami meminta para mahasiswa untuk mengevaluasi kerja sama yang telah berlangsung agar kemudian hari menjadi semakin lebih baik. Sinergi dosen, mahasiswa, tenaga akademik memang menjadi salah satu tolok ukur keberhasilan menejemen program studi. Bukan itu saja yang kami harapkan, namun terus bersama memajukan prodi yang kami cintai untuk kemajuan Fakultas Ilmu Budaya dan Undip tentu saja.

“Dukungan mahasiswa sunggguh luar bisa. Bukan hanya di level teknis tetapi juga substantif. Mereka semua adalah potensi, masa depan dan pendongkrak kinerja prodi. Kinerja memang tidak bisa digapai secara sendiri-sendiri, tetapi harus melalui proses co-existence mahasiswa dan komponen lainnya”, demikian pernyataan Kaprodi dalam sambutannya saat ngumpul untuk bersyukur di RM Lombok Ijo sore ini (Jumat, 29 Maret 2019) bersama dosen-dosen antropologi lainnya.

Terima kasih untuk semua yang telah membantu kami: Rektor dan Wakil Rektor, LP2MP, Dr. Redyanto (mantan Dekan FIB Undip), Dekan FIB dan Wakil Dekan, Tenaga Akademik, Dosen Antropologi dan FIB, juga para mahasiswa serta teman-teman wartawan dengan apresiasi liputannya.