JUMAT- 29/11/19 kami mengunjungi kediaman Pak Kasol koordinator Kesenian Emblek Desa Kumejing, di Dusun Kiringan. Kami mendapatkan topik untuk menggali lebih dalam mengenai Kesenian Emblek yang menjadi salah satu ikon kebanggaan di Desa Kumejing ini. Perjalanan menuju kediaman Pak Kasol kami tempuh dengan waktu sekitar 40 menit berjalan kaki menyusuri jalan beralaskan tanah dan batu. Sampai di kediaman Pak Kasol kami disambut dengan hangat dan ramah oleh Pak Kasol serta istrinya. Setelah mengutarakan maksud dan tujuan kami bertamu menenemui beliau, akhirnya beliau pun mulai bercerita mengenai Kesenian Emblek ini.
Kesenian Emblek hanya istilah yang sering dipakai di daerah Kaliwiro, Wadaslintang dan Ngaliyan untuk menamai kesenian Kuda Lumping. Kesenian Emblek yang tertua berada di Desa Kumejing, beridiri tahun 1960-an yang kemudian di ajarkan secara turun temurun oleh nenek moyang. Pengurus atau koordinator dan yang menjadi penerus kelestarian Kesenian Emblek sekarang adalah Bapak Kasol yang menjadi narasumber kami.
Jumlah anggota Kesenian Emblek keseluruhan sekitar 30 orang laki-laki dari beberapa jenjang pendidikan dari SD hingga SMA. Tahun ini sedang dicanangkan untuk membentuk formasi baru dari Kesenian Emblek khusus perempuan. Ketika pentas, kesenian Emblek ini hanya membutuhkan sekitar 15 hingga 20 anggota. Dari jumlah formasi penari 7-9 orang dan pemain musik 6 orang dan sisanya sebagai cadangan. Latihan biasa dimulai pukul 20.00 dengan durasi 2 sampai 3 jam di hari Sabtu di rumah Pak Kasol, dan rutin dilakukan selama satu atau dua minggu sekali sesuai kebutuhan. Pada pukul 18.00-20.00 sebelum latihan, biasanya para anggota mengaji di Pondok Angkringan bersama Ustad. Mengaji adalah kewajiban anggota Kesenian Emblek dan semua anggota dituntut untuk bisa membagi waktu antara sekolah, mengaji, dan berkesenian.
Jika ditanya, apa yang membedakan kesenian Kuda Lumping biasa dengan Kesenian Emblek dari Desa Kumejing ini adalah lenggok tarian dan pola tariannya serta alat musiknya. Dalam sekali pentas, terdapat banyak lagu yang di tampilkan dan setiap lagu memiliki tarian yang berbeda pula. Pada lagu pertama dan kedua, seluruh penari menari secara berkelompok dengan tarian yang seragam. Pada lagu ketiga dan seterusnya, hanya satu orang yang menari disetiap lagu nya. Kuda Kepang yang digunakan juga membedakan Emblek dengan Kuda Lumping lainnya.
Emblek memiliki tiga warna kuda kepang yaitu putih, merah dan hitam, yang memiliki fungsi masing-masing yaitu putih sebagai pemimpin, merah sebagai prajurit dan hitam sebagai penjaga barisan belakang. Alat musik yang digunakan juga berbeda. Kesenian Emblek hanya menggunakan empat alat musik diantaranya adalah angklung, gendang, gong dan bendik. Tidak ada gamelan seperti kesenian Kuda Lumping pada umumnya. Pentas biasanya pada malam hari pukul 21.30-02.30, namun jika siang hari pada pukul 15.00-18.00.
Narasumber : Bapak Kasol (Koordinator Kesenian Emblek)
Penulis Reportase : Arina, Billa, Dandi, Ilfa