Tumbrep (26/7) – Desa Tumbrep sudah sangat meriah dengan keberadaan anak-anak usia sekolah. Sayangnya, kemeriahan hadirnya anak-anak di tengah kehidupan masyarakat Desa Tumbrep tidak dibarengi dengan semangat menggeliatkan kehadiran permainan tradisional di antara mereka. Dibandingkan permainan tradisional, anak-anak cenderung memainkan gawai seperti permainan tradisional serta sosial media. Padahal, memainkan permainan tradisional merupakan salah satu bentuk pelestarian budaya.
Budaya tidak selalu berbentuk tarian, lagu-lagu, maupun upacara adat. Permainan tradisional yang telah diwariskan sejak lama juga merupakan bentuk budaya. Sama seperti bentuk kebudaaan lainnya, permainan tradisional juga menjadi satu hal yang seringkali terlupakan oleh masyarakat. Maka dari itu, mahasiswa Tim II KKN Universitas Dipenegoro melaksanakan program kerja monodisiplin dalam rangka mengenalkan ataupun mengakrabkan kembali beberapa permainan tradisional kepada siswa-siswi MI Islamiyah Tumbrep 1.
Setelah hari-hari sebelumnya tim melakukan kunjungan serta melaksanakan program kerja monodisiplin lain, pada hari Jumat, 26 Juli 2024 dilaksanakan program kerja monodisiplin dengan tajuk “Permainan Tradisional: Meriahkan Masa Kanak-kanak di Desa Tumbrep”. Raut semangat nampak muncul di wajah para siswa MI Islamiyah Tumbrep 1. Dengan antusias siswa-siswi mendengarkan pemaparan mengenai nama-nama, aturan, dan sejarah terkait permainan-permainan tradisional.
Permainan tradisional yang diperkenalkan di antaranya adalah yoyo, bola bekel, conglak atau dakon, permainan gobak sodor, permainan engklek, dan ular naga panjang. Tidak hanya siswa, para guru juga turut antusias menonton permainan yang dikenalkan sambil sesekali mengatakan bahwa permainan tradisional seharusnya dilestarikan dan kembali mengganti keberadaan bahkan kecanduan gawai yang dialami anak-anak usia sekolah.
Penulis : Hanum Az Zahra
DPL :
Prof. Dr. Hermin Pancasakti Kusumaningrum, S.Si., M.Si.,
Apip, S.E., M.Si.,
Dr. Yusniar Hanani D., STP, M.Kes.