JUMAT- 29/11 kami melakukan penelusuran di desa Kumejing, disana kami menjumpai sekelompok petani yang sedang bercocok tanam, yakni Petani Surudan. Petani Surudan merupakan salah satu mata pencaharian masyarakat Desa Kumejing. Pekerjaan ini bisa dikatakan sebagai pekerjaan musiman karena hanya bisa dilakukan saat musim kemarau jika air dari Waduk Wadaslintang  sedang surut dan  saat pasang mereka beralih melakukan aktivitas lain. Biasanya para petani Surudan dapat dijumpai di area sekitar Waduk Wadaslintang, mereka menanam tanaman diantaranya jagung, singkong, timun, padi, kacang tanah dan sebagainya, untuk masa pertumbuhan kacang tanah kurang lebih 3 bulan hingga dapat dipanen. Hasil bertani tersebut ada yang dijual ke desa Kaligowo, namun ada juga pengepul yang datang ke rumah. Harga kacang tanah kering berbeda dengan kacang tanah yang sudah dikupas kulitnya. Kacang tanah kering berkisar Rp.13.000/kilo sedangkan kacang tanah yang telah dikupas Rp.20.000/kilo. Tanaman jagung dijual dengan harga sekitar Rp.4000-an.

Setiap petani Surudan punya jam kerja yang berbeda, ada yang memulai bekerja mulai pukul 5 pagi namun ada pula yang memulainya pada pukul 8 pagi dan berakhir pada sore harinya. Aktivitas yang biasanya dilakukan disana yaitu memantau tanaman, mengarit dan menyiram tanaman dengan mengambil air yang disedot dari waduk. Barulah setelah beberapa hari atau bulan tergantung jenis tanamannya, tanaman tersebut bisa dipanen.

Sebagai sebuah pekerjaan, petani Surudan bisa dikatakan sebagai pekerjaan tidak tetap. Hal ini dilatar belakangi oleh pekerjaannya yang hanya bisa dilakukan pada waktu tertentu yaitu pada saat musim kemarau. Sebab itulah, mereka mempunyai pekerjaan lain disamping pekerjaannya sebagai petani Surudan, diantaranya ada yang menjadi penjahit dan bekerja sambilan di tanah pemajegan yaitu tanah tetap milik pemerintah yang tidak terkena air. Namun, ada pula yang tidak melakukan aktivitas apapun saat musim hujan tiba.

 

Penulis Reportase: Veda, Fanisa, Nadara, Cici